Selasa, 05 April 2011

DIAGRAM PARETO


Pengertian
Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Italia, bernama "Vilvredo Pareto", pada tahun 1897 dan kemudian digunakan oleh Dr. M. Juran dalam bidang pengendalian mutu. Diagram Pareto adalah distribusi frekuensi mengenai jumlah persen kejadian yang disajikan bersama-sama dengan persen kumulatifnya. (1)
Diagram pareto yang digunakan untuk analisis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Diagram pareto mengenai fenomena
Yaitu yang berkaitan dengan hasil-hasil yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui masalah utama yang ada. Misalnya;
-          Kualitas     : kerusakan, kegagalan, keluhan, perbaikan, dll
-          Biaya          : jumlah kerugian, ongkos pengeluaran, dll
-          Delivery     : penundaan delivery, keterlambatan pembayaran, dll
-          Keamanan  : kecelakaan, kesalahan, gangguan, dll
2.      Diagram pareto mengenai penyebab
Yaitu yang berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa penyebab utama dari masalah yang ada. Misalnya:
-          Operator    : umur, pengalaman, keterampilan, sifat individual, dll
-          Mesin        : peralatan, instrumen, dll
-          Bahan baku : pembuatan bahan baku, macamnya, dll
-          Metoda operasi : kondisi operasi, metode kerja, sistem pengaturan, dll(2)
Tujuan
Pembuatan diagram Pareto bertujuan untuk menunjukkan urutan prioritas dari sejumlah problem yang biasanya terkonsentrasi hanya pada satu atau dua jenis masalah utama saja, dari berbagai jenis masalah yang muncul selama pengamatan. (3)

Kegunaan diagram pareto
            Adapun kegunaan dari diagram pareto antara lain:
1.      Untuk menganalisa suatu fenomena, agar dapat diketahui hal-hal yang prioritas dari fenomena tersebut.
2.      Untuk dapat menentukan"pangkal persoalan”.
3.      Sebagai alat interpretasi dalam menentukan frekuensi atau tingkat kepentingan relatif dari berbagai persoalan atau sebab.
4.      Menfokuskan pada pokok persoalan vital dengan cara mengurutkan berdasarkan kepentingan.
5.      Menunjukkan hasil perbaikan. Sesudah dilakukan tindakan koretif berdasarkan prioritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan membuat diagram pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam diagram pareto yang baru itu, maka tindakan korektif tersebut ada dampaknya.
6.        Menyusun data menjadi informasi yang berguna. Dengan menggunakan diagram pareto sejumlah data yang besar dapat disaring menjadi informasi yang signifikan. (2)

Langkah-langkah
Untuk mengidentifikasi yang penting ini (vital few), maka digunakanlah pareto chart, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Tentukan kategori dan unit untuk membandingkan data seperti frekuensi, biaya atau waktu.
2.      Jumlahkan data pada setiap kategori, lalu jumlahkan secara keseluruhan.
3.      Susunlah kategori dari yang paling banyak hingga yang paling kecil (sedikit).
4.      Tentukan persentasi kumulatif dari setiap kategori (yaitu jumlah dari setiap kategori ditambah dengan semua kategori yang mendahului, dibagi dengan grand total dikalikan dengan 100).
5.      Gambar dan beri label pada sumbu vertikal sebelah kiri dengan unit data, seperti frekuensi, biaya atau waktu.
6.      Gambar sumbu horizontal dan beri nama kategori, urutkan setiap kategori dari kiri ke kanan.
7.      Gambarkan sumbu vertikal kanan dan beri nama persen dari 0 hingga 100.
8.      Gambarkan diagram batang dari kategori yang paling banyak ke yang paling sedikit.
9.      Gambar diagram garis dari pojok kiri bawah ke kanan atas mengikuti persentasi kumulatif.
10.   Analisa chart anda.  Biasanya 20% dari kategori menghasilkan 80% dari persentasi kumulatif. Inilah yang disebut dengan vital view. (4)

Contoh aplikasi:
Data mengenai reject produk nugget yang diperlihatkan pada tabel 4, anggaplah bahwa data tersebut telah dikumpulkan untuk selang waktu yang sama bagi setiap kategori reject. Dari data terlihat bahwa kulit terkelupas dan patah mendominasi reject produk tersebut. Untuk meyakinkan hal ini maka data tersebut ditransformasi ke dalam bentuk diagram pareto, seperti yang diperlihatkan pada gambar 5. Namun sebelum itu akan lebih baik jika dibuat terlebih dahulu tabel tambahan yang menampilkan jumlah reject dalam persen kumulatif seperti yang diperlihatkan pada tabel 5. (4)
Tabel 4. Data reject produk nugget

Diagram pareto mempunyai ciri khas yaitu sumbu y merupakan persen terhadap total reject dan penyajian data dalam grafik atau diagram sekaligus menampakkan baik grafik batang dari nilai persentase masing-masing reject terhadap total reject maupun grafik garis mengenai persen kumulatifnya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.
            Oleh karena itu diagram pareto digunakan untuk menunjukkan prioritas pada suatu masalah dimana kepada masalah dominan tersebut (dalam contoh Gambar 5 adalah kulit terkelupas dan patah) dapat dilakukan penyelesaian yang terarah. Fokus penyelesaian terhadap masalah tersebut kemudian akan dapat dilakukan dan dikembangkan lebih lanjut. (4)

PEMECAHAN MASALAH MENGGUNAKAN TEKNIK LATERALISASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN


A.      DEFINISI LATERALISASI
Lateralisasi didefinisikan sebagai perkembangan dominansi antara bagian tubuh kanan dan kiri (mata, telinga, tangan dan tungkai) serta perkembangan dari pusat-pusat khusus dan fungsi dari hemisfer otak kanan dan kiri.
Teori lateralisasi dikembangkan oleh pemenang hadiah Nobel yaitu Roger Sperry dan Robert Ornstein, yang membuka mata dunia mengenai pengertian tentang perilaku, kepribadian, kreatifitas dan kemampuan untuk menggunakan cara berpikir tertentu dalam melakukan suatu tugas khusus.
Sedangkan, menurut kamus bahasa Inggris Ortodok, cara berfikir lateral adalah “ cara berfikir dalam mencari solusi untuk memecahkan suatu masalah dengan metode yang tidak konvensional, atau menggunakan elemen yang secara pola fikir logikal tidak akan diindahkan”
Seringkali, dalam menemukan suatu solusi masalah dengan kreatif dan dapat diterima oleh semua pihak adalah hal yang tidak mudah, sehingga dibutuhkan upaya yang teliti dan suatu teknik cara berfikir  dengan melihat masalah dari sudut yang lain. Teknik berfikir lateral, dikembangkan oleh Dr. Edward de bono merupakan cara yang dianggap baik untuk mengembangkan cara berfikir secara kreatif untuk menciptakan “win-win solution” dalam penyelesaian konflik masalah. Terdapat beberapa teknik yang terlibat dalam  cara berfikir lateral  seperti konsep segitiga, kata acak dan proses provokasi. .
Berfikir  kreatif bukan merupakan fungsi natural dari otak manusia, dibutuhkan suatu stimulasi untuk memulainya. Menurut de Bono “ tidak akan muncul ide baru dari hasil berfikir secara logis ; semua ide baru muncul dari cara berfikir yang tidak logis dan perkiraan secara acak”. Namun, de Bono juga menekankan bahwa semua ide baru tersebut harus dapat dijelaskan dan dibenarkan secara logis.
B.  MENGGUNAKAN KONSEP SEGITIGA UNTUK MENGHASILKAN PILIHAN ALTERNATIF.
Pada situasi tertentu  membutuhkan kreatifitas untuk memecahkan masalah, biasanya hal ini dilakukan dengan membuat daftar cara yang berbeda dalam memecahkan masalah. Namun, dengan cara yang relatif mudah kita dapat mengembangkan kuantitas maupun kualitas dari cara yang akan kita lakukan. Kata kuncinya yaitu dengan mengubah sebuah gagasan bukan sebagai gagasan tersendiri tetapi sebagai perwakilan konsep yang digunakan untuk memecahkan masalah tertentu.
·         Cara berfikir konvensional

MASALAH
Gagasan 1
Gagasan 2
Gagasan 3
Gagasan 4
 











·         Cara berfikir lateral dengan konsep segitiga
MASALAH
Gagasan 1
KONSEP
Gagasan 2
 






 
Gagasan 3
Gagasan 4
 






Pada  konsep segitiga, dengan menggunakan gagasan pertama untuk mengidentifikasi konsep umum dari permasalahan ini, kemudian dengan menggunakan konsep umum yang sama kita dapat mengembangkan beberapa ide yang berbeda.
Keuntungan menggunakan konsep segitiga adalah untuk menciptakan gagasan yang komprehensif dan tidak melelahkan dibandingkan dengan membuat daftar gagasan dari semua orang.  Serta memberikan pengertian yang lebih baik dari struktur dan pillihan alternatif dengan titik pangkal permasalahan. Juga membantu  sistem pendokumentasian  solusi yang memungkinkan, karena  hal ini juga membantu membuat pengelompokkan dari gagasan  berbeda sesuai konsep yang ada. Penggunaan konsep segitiga sangat membantu ketika kita mencoba untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan gagasan dalam memecahkan masalah.

C.  MENGGUNAKAN MASUKAN SECARA RANDOM UNTUK KELUAR DARI  JALUR UTAMA
Salah satu fungsi  berharga dari otak manusia adalah dalam hal pola pengenalan. Memberikan hanya sebagian informasi, otak kita sangat berperan dalam mengingat  informasi yang hilang sehingga sampai pada tahap kesimpulan.  Kita melakukan hal ini setiap saat dan kehidupan kita tidak akan berfungsi dengan benar jika otak kita tidak memiliki kemampuan seperti tersebut. Akan tetapi , jika kita mencoba untuk berfikir sesuatu yang baru, maka otak kita akan mengisi rincian yang hilang dan memimpin kembali ke sekitar informasi yang sudah diterima sebelummnya. Sehingga membawa kita terhadap cara berfikir rutinitas semata.
                                                                                                                                          
                                                                                            
             Kata acak                                          C
                                                                          
                                                                                                                          
A                                                                  B

Kita mulai dari titik A untuk mencari ide baru, setiap kali kita melakukan proses ini, pola fikir rutinitas kita termasuk pola pengenalan otak mengenali, kemudian manuntun kita pada jalur yang sama menuju B. Kita seperti tidak bisa menembus pola fikir rutinitas untuk membawa kita menuju C. Kita terjebak di koridor jalur yang usang dan tidak atau tidak bisa berpetualang ke jalur kecil yang bisa membawa kita menuju C.Dan semakin kuat kita mencoba malah kita semakin terjebak dengan rasa familiar di dalam koridor A dan B menuju koridor C .
Salah satu cara untuk mendapatkan gagasan baru yang keluar dari pola pikir rutinitas yaitu dengan cara memberikan stimulus secara acak yang tidak berkaitan dengan permasalahan yang kita hadapi. Yang nantinya akan membawa pikiran kita jauh dari rutinitas dan membawa kita ke koridor yang tidak biasa. Akan tetapi, setelah menemukan gagasan baru tetap saja kita harus melihat ke titik A, bagaimana keterkaitan secara logis masalah dengan pemecahan masalah yang baru kita temukan.
Salah satu cara yang paling sederhana tapi paling efektif adalah dengan penggunaan kata secara random. Langkah awal dapat dilakukan dengan cara membuka buku dengan sembarang kemudian dengan mata tertutup, arahkan pada halaman buku dengan jari telunjuk. Kemudian lihat kata yang kita tunjuk untuk dikembangkan menjadi suatu gagasan secara spontan, yang dapat dihubungkan secara logis dengan titik A.
Cara kedua dengan menggunakan kartu acak yang berisi kata benda ( 60 buah), dipilih dan dikembangkan  sesuai dengan titik A.  Hal yang pertama harus dilakukan adalah dengan menentukan fokus masalah terlebih dahulu.
·         Cara berfikir lateral dengan teknik kata acak
FOKUS                                    
Meningkatkan keamanan  di  bandara
                                                                                                                        GAGASAN
                                                   HUBUNGAN KATA                GAGASAN
 Barang-barang di simpan di  plastik tembus pandang
                                                              
                                                            (      balon     )

Memaksimalkan birokrasi dalam sistem keamanan

                                                             (     politik     )
 

Meningkatkan sistem identifikasi penumpang

      KATA ACAK                               (      politik    )
pesta
 
Penghargaan pada pegawai keamanan berprestasi

                                                             (     perayaan   )
                                                               
                                   

Dalam  pelaksanaan teknik ini  diberikan waktu untuk setiap kata  selama 5 menit.  Setelah waktu habis dapat ganti kata acak lain yang memungkinkan untuk mendapatkan ide yang berbeda.  Dalam hal ini, penting bagi anda untuk tidak membuang kata-kata yang membingungkan dan terus berusaha sampai waktu yang diberikan habis. Dibutuhkan kesabaran untuk berlatih karena teknik ini akan sulit bagi orang yang terbiasa berfikir di koridor A dan B.
D.  MENGGUNAKAN OPERASI PROVOKASI UNTUK MENINGGALKAN JALUR UTAMA.
Selain teknik kata acak, terdapat juga teknik untuk berfikir meninggalkan jalur utama dengan cara membuat situasi baru dengan cara operasi provokasi.
·         Cara berfikir lateral dengan teknik provokasi




perubahan
                                                               C

provokasi
 



A                                                                     B      
                      


Tidak seperti teknik kata acak, yang tidak berhubungan dengan pemikiran di koridor A dan B. Proses provokasi menggunakan jalur utama sebagai posisi awal menuju ide baru dengan proses “perubahan”. Langkah pertama pada proses provokasi yaitu membangun sebuah pemikiran yang diambil dari fokus jalur utama, kemudian bergerak jauh dari jalur utama. Terdapat 5 teknik yang berbeda untuk mempelajarinya yaitu :
1.      Escape : pada pemikiran provokasi, kita meniadakan kebenaran dari fokus permasalahan
Contoh masalah adalah polusi air sungai, yang menjadi fokus adalah air sungai mengalir dari lembah menuju laut. Dalam pemikiran provokasi menjadi “ air laut tidak mengalir dari lembah menuju laut” kemudian mengembangkannya
2.      Reversal  ; di sini kita membalikan isi pernyataan dari masalah menjadi “ air laut mengalir dari laut menuju lembah “. Intinya dengan membalikan arti dari objek pernyataan ( masuk menjadi keluar, naik menjadi turun dll)
3.      Exaggeration : kita mengambil inti pernyataan  dalam bentuk angka, pengukuran atau kuantitas secara berlebih-lebihan. Contohnya “ air mengalir seperti tsunami dari lembah menuju laut”
4.      Distortion : jika terdapat hubungan waktu atau hubungan lainnya yang dapat diambil dari pernyataan. Contohnya “ lembah digenangi air menuju laut “
5.      Wishful thingking : yaitu dengan berfikir ide yang fantastis yang kita sendiri meyakini bahwa hal tersebut tidak akan pernah terjadi. Contohnya “ air laut yang terkena polusi dapat digunakan sebagai air minum”
Dengan teknik provokasi tidak akan menghasilkan gagasan baru dengan segera , tetapi hanya akan membuat anda keluar dari kebiasaan pemikiran jalur utama yang rutinitas di jalur A dan B.
Dapat disimpulkan, bahwa berpikir lateral menggunakan beberapa karakteristik dasar berpikir kreatif, mencari alternatif- alternative untuk menghasilkan ide-ide baru secara substansial, baik dihapus dari garis konvensional kita berpikir. Dalam penyelesaian masalah ditekankan bahwa ide-ide kreatif berguna untuk menyelesaikan masalah dari sudut pandang semua pihak yang terlibat dalam masalah. Teknik-teknik Berpikir Lateral memberikan cara yang efektif untuk menghasilkan solusi konsisten dan kreatif.
E.       BERPIKIR LATERALISASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Jika dihubungkan dengan mutu pelayanan kesehatan, lateralisasi  merupakan perilaku, kepribadian, kreatifitas dan kemampuan penyedia pelayanan kesehatan untuk menggunakan cara berpikir tertentu dalam memberikan pelayanan.
Lateralisai dalam mutu pelayanan kesehatan berguna untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang tujuan utamanya adalah memberikan kepuasan bagi pelanggan (pasien).
Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasa/ pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
1.      Tangible (nyata/berwujud)
2.      Reliability (keandalan)
3.      Responsiveness (cepat tanggap)
4.      Competence (kompetensi)
5.      Access (kemudahan)
6.      Courtesy (keramahan)
7.      Communication (komunikasi)
8.      Credibility (kepercayaan)
9.      Security (keamanan)
10.  Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan)

Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian dirasakan adanya dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnyayang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman et al.(1990) dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
1.      Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.
2.      Realibility (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).
3.      Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan (konsumen) dan menyediakan jasa/ pelayanan yang cepat dan tepat.
4.      Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.
5.      Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan.
Pelayanan yang berkualitas dan memberikan kepuasan kepada pasien juga harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai serta manajemen yang baik untuk mengelola pelayanan kesehatan yang optimal dan efektif.

Contoh berfikir lateral
-       Menggunakan benang kasur untuk mengikat tali pusat
-       Menggunakan tali yang diikatkan ke paku didinding untuk menggantungkan botol botol infus
-       Menggunakan panci perebus untuk mensterilkan alat
-       Menggukan minyak goreng sebagai Jelly untuk memeriksa DJJ
-       Menggunakan jarum infus blood set sebagai alat penindik
-       Menggunakan ember yang bagian terbawahnya dibuat lubang untuk mencuci tangan.
-       Menggunakan jerigen untuk tempat sampah jarum bekas